Dinkes Sanggau Targetkan Penurunan Angka Stunting Tiap Tahun

  • Bagikan
Najori, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau. Foto: Abang Indra

HARIAN BERKAT –Pemerintah Kabupaten Sanggau melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menargetkan penurunan angka stunting tiap tahun. Hasilnya, tahun 2022 ini, target penurunan angka stunting hingga 18 persen.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau Najori, menjelaskan Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun.

“Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar, deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya,” ungkap Najori kepada wartawan pada Minggu 12 Juni 2022.

Baca Juga : Kepala BKKBN : Stunting Dapat Jadi Ancaman Serius Bonus Demografi Indonesia

Najori memaparkan, angka stunting Kabupaten Sanggau Tahun 2021 sebesar 21,03 persen atau jumlah yang sangat pendek dan pendek sebanyak 4.407 balita.

“Ini kalau kita bicara data e-PPGBM (elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) pada umur 0-59 bulan sasaran 39.797 balita dan ter-entry sebanyak 20.860 balita atau sekitar 64,42 persen,” ujarnya.

Najori melanjutkan secara nasional penurunan angka stunting pada Tahun 2021 ditargetkan 21,10 persen, tahun 2022 ditargetkan target 18 persen, Tahun 2023 ditargetkan 16 persen dan pada Tahun 2024 ditargetkan mencapai 14 persen.

“Pada ada umur 0-23 bulan yang menjadi konsentrasi 1000 HPK program penurunan stunting adalah angka stunting 20,54 persen atau dari sasaran sejumlah 15.923 bayi/balita. Dengan jumlah entry data sebanyak 11.317 bayi/balita atau 71,07 persen, sementara target entry data adalah 80 persen. Berarti masih ada sekitar 4,606 bayi/balita atau 28,93 persen yang belum dilakukan entry melalui e-PPGBM,” jelasnya.

Najori menamnahkan stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1000 HPK, di samping berisiko menghambat pertumbuhan fisik atau gagal tumbuh dan rentan terhadap penyakit gangguan metabolik.

  • Bagikan