“Stunting ini juga menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan,” ujarnya.
Baca Juga : Angka Stunting di Tebelian Kabupaten Sintang Meningkat, Kenapa
Karena itu, percepatan penurunan stunting perlu terus dilakukan. Najori menyebut upaya percepatan itu dilakukan melalui dua intervensi. Pertama intervensi spesifik bila cakupan 90 persen, kontribusi penanganan stuntingnya 20-30 persen.
“Intervensi ini ditujukan kepada anak dalam 1000 HPK. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek,” ujar Najori.
Kemudian yang kedua, lanjut Najori, intervensi sensitif. Intervensi ini dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK.
“Misalnya penyediaan air bersih dan sanitasi, jaminan kesehatan serta ketahanan pangan serta keluarga dengan Stunting. Intervensi ini dibutuhkan kerja sama semua perangkat daerah yang berkaitan langsung maupun tidak langsung. Dan yang paling penting adalah anggaran tersedia pada setiap perangkat daerah,” katanya.
Najori berharap, dengan aksi konvergensi yang dilakukan secara terkoordinir, terintegrasi dan bersama-sama dapat menurunkan angka stunting. Karena aksi konvergeni adalah instrumen dalam bentuk kegiatan, yang digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi dalam pencegahan dan penurunan stunting.
“Aksi ini digunakan untuk meningkatkan kualitas pendekatan pelaksanaan program dan perilaku lintas sektor, dari tingkat pusat sampai kabupaten agar program dan kegiatan intervensi gizi tepat sasaran,” ungkanya, ***