HARIAN BERKAT – Mengenai bacaan Alquran yang memiliki tujuh lughat selalu menjadi perbincangan menarik di kalangan pegiat Tafsir Alquran. Sebab sebagaimana yang kita ketahui, dan yang paling populer, maksud pemahaman tujuh huruf Alquran tersebut diidentikan dengan ragam atau model bacaan.
Adapun model bacaannya berbeda-beda, baik dari segi harakat, huruf, hukum bacaan, dan sebagainya. Namun sempatkah berpikir tujuh huruf Alquran yang dipahami selama ini, ternyata menjadi perbincangan serius di kalangan ulama tafsir (mufasir)?
Baca Juga: Berikut Deretan Para Perempuan Penulis Wahyu Alquran, Siapa Saja?
Bahkan suatu kerancuan bila kita hanya memahami tujuh huruf Alquran adalah ketujuh gaya bacaan Alquran atau yang disebut qiroat sab’ah. Lantas bukannya ada istilah qiroat ‘asyroh?
Terkait pembahasan di atas, tentunya kita perlu mengetahui terlebih dulu, bagaimana proses transmisi wahyu itu turun. Para ulama sebenarnya telah membagi inzalul-wahyi ke dalam tiga proses. Pertama, proses turunnya wahyu dari lauhul-mahfuzh, kedua, proses turunnya Alquran dan proses wahyu. Terakhir, proses turunnya Alquran dalam tujuh huruf.
Dalam hal ini penulis akan membatasi hanya pada proses kedua dan ketiga. Pendek kata, agar pembahasan ini tidak terlalu melebar. Mengenai proses kedua akan penulis bahas secara panjang, dilanjut dengan pembahasan pada proses ketiga.
Proses Turunnya Alquran Menurut al-Ashfahani
Al-Suyuthi dalam al-Itqan fi kaifiyat al-inzal wa al-wahy (proses turunnya Alquran dan proses wahyu), beliau mengutip pendapat al-Ashfahani dalam kitabnya:
“Kelompok ahlussunnah wal jama’ah sepakat bahwa kalamullah itu diturunkan (munazzal). Sampai sini tidak ditemukan perselisihan di kalangan ulama, hanya saja mereka memperdebatkan makna inzal itu sendiri.
Seperti apakah gambaran inzal itu? Apakah inzal di sini dipahami sebagaimana pada umumnya kata temurun dari langit turun ke bawah atau bagaimana?
Baca Juga: Upaya Musnahkan Islam, Cina akan Penjarakan Warga Muslim yang Simpan Alquran
Menjawab aneka pertanyaan, di sini para ulama memberikan penjelasan dalam satu versi. Mereka berkata bahwa inzal adalah bacaan yang eksplisit (jelas).
Versi lain mengatakan bahwa inzal adalah Allah mengilhamkan kalam-Nya yang berada di langit kepada Jibril di tempat yang tinggi. lalu Allah mengajarkan bacaan-Nya kepada Jibril, kemudian Jibril turun untuk menyampaikannya ke bumi.
Proses Turunnya Wahyu Terjadi Dua Versi
Pertama, terlebih dahulu Nabi berpindah wujud dari bentuk manusia ke bentuk malaikat, baru setelah itu beliau mengambil kalamullah dari Jibril. Kedua, Malaikat lah yang berpindah wujud ke bentuk manusia sampai Nabi mengambil kalamullah dari Jibril. Namun pendapat pertama di atas adalah pendapat yang sulit diterima akal sehat.
Imam al-Thiby berkata: bisa jadi turunnya Alquran kepada Nabi bermula saat malaikat Jibril menangkap firman Allah dalam dimensi spritual. Bisa jadi, atau malaikat Jibril menghafalnya dari lauh al-mahfudz, kemudian ia turun menuju Rasul dan menyampaikan firman-Nya.
Meski begitu, ada versi lain yang mengutarakan bahwa turunnya Alquran kepada Nabi Saw. Pertama, turun secara lafadz dan makna, artinya Jibril menghafal Alquran dari lauh al-mahfudz lalu ia menurunkannya.
Baca Juga: Viral Beredar Alquran Salah Cetak di Surat Al-Kahfi, Begini Respons Kemenag
Kedua, Jibril menurunkan Alquran secara maknanya saja, dan Nabi memahami makna tersebut lalu disampaikannya dengan bahasa Arab. Pendapat ini berpegang pada surat Al-Syu’ara ayat 193-194 (نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ اْلأَمِيْنَ*عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُوْنَ مِنَ اْلمُنْذَرِيْنَ).