HARIAN BERKAT – Orang yang minum dari botol plastik disebut dapat menelan dosis mikroplastik yang tidak sehat alias partikel plastik kecil berukuran kurang dari lima milimeter.
Partikel-partikel tersebut tidak terurai dengan mudah dan akan menumpuk seiring waktu di tubuh, menurut sebuah proses yang disebut bioakumulasi.
Baca Juga: Waspadai Perubahan Iklim, Presiden Instruksikan Gerak Cepat Tangani Bencana
Meskipun belum ada bukti yang jelas antara mikroplastik dan penyakit serius, para peneliti semakin mengkhawatirkan efek jangka panjangnya.
Kekhawatiran ini dikarenakan bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik, beberapa di antaranya telah dikaitkan dengan penyakit serius.
Kehadiran mikroplastik dalam feses manusia menunjukkan bahwa manusia terpapar mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, mikroplastik telah masuk ke dalam rantai makanan dan menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pangan.
Studi yang memeriksa mikroplastik dalam air kemasan telah melaporkan sebagian besar ukuran partikel kurang dari satu milimeter yang dilepaskan dari badan botol, leher botol, dan tutupnya.
Warna partikel yang berasal dari bahan botol itu sendiri transparan, sedangkan dari tutupnya berwarna biru atau hijau. Polimer plastik yang terdeteksi paling tinggi adalah polyethylene terephthalate (PET) yang digunakan untuk pembuatan bahan botol dan tutup.
Baca Juga: Waspada! Pemanis Buatan di Makanan Olahan Tingkatkan Risiko Serangan Jantung
Studi juga memberikan bukti bahwa mikroplastik dalam air kemasan disebabkan oleh berbagai faktor seperti tekanan fisik selama pengangkutan, guncangan botol, dan injeksi air bertekanan tinggi ke dalam botol di pabrik produksi.
Selain itu, dampak termal selama penyimpanan juga dinilai memperburuk proses fragmentasi. Botol air PET yang dapat digunakan kembali memiliki partikel mikroplastik yang lebih tinggi dibandingkan botol PET sekali pakai.
Sering membuka dan menutup botol juga menyebabkan lebih banyak partikel yang terbentuk akibat gesekan. Pertanyaan kritisnya masih belum terjawab: sejauh mana partikel mikroplastik yang ditemukan dalam air kemasan mengancam kesehatan manusia?