HARIAN BERKAT –Pemanfaatan potensi pangan lokal di Kalimantan Barat, seperti sayuran, buah-buahan serta ikan yang ada di masyarakat sangat baik, dalam upaya membantu percepatan penurunan stunting di masing-masing daerah yang ada Kalimantan Barat ini, hanya saja pangan lokal tersebut belum diolah secara maksimal.
Baca Juga: Tingkatkan Daya Saing UMKM lokal dan Buka Seluasnya Lapangan Kerja
Dosen Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Pontianak, Ir. Martinus Ginting, M. Kes, mengatakan dari data-data yang ada, penurunan stunting di Kalbar ini relatif kecil, dari data tersebut di level provinsi berkisar hanya 2 persen pertahun. Kemudian penurunan yang rutin terus-menerus turun, hanya ada di tiga survei terakhir, yaitu berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2019, 2021 dan 2022.
Penurunan itu hanya terjadi dua daerah, yakni di Kota Pontianak dan Kabupaten Sambas. “Di Kota Pontianak penurunan bisa sampai 3 persen pertahun. Sementara kita perlu percepatan penurunan stunting, jadi harus lebih kuat dari yang sudah kita lakukan,” tegas Martinus Ginting, pada kegiatan workshop pemberdayaan masyarakat di Kampung KB, Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT), pada Selasa 16 Mei 2023.
Martinus Ginting, menjelaskan dari data yang ada, ternyata bayi sejak lahir saja itu secara nasional sudah ada 18, 1 persen sudah stunting.
“Jadi begitu lahir sudah stunting,” ujarnya.
Baca Juga: Program DASHAT, Upaya Percepatan Penurunan Stunting
Kemudian, Martinus Ginting, menjelaskan menurun sedikit sampai umur 5 bulan, kemudian umur 6 bulan naik lagi menjadi 13 persen, akan tetapi yang lebih berat adalah mulai usia 12 sampai 23 bulan, itu peningkatnya sampai 1,6 kali.
“Jadi memang betul 1000 hari pertama kehidupan, sejak hamil sampai dengan usia 2 tahun, kita fokusnya harusnya ke situ, kehamilan itu kan 9 bulan, namun kita lebih fokus ke 5 bulan pertama atau 20 minggu usia kehamilan. Karena disitu pembentukan potensi tinggi badan, artinya terjadinya pertambahan sel yang sangat cepat,” ujarnya.
Akan tetapi, ungkap Ginting, pada ibu hamil tersebut sering merasa mual pada awal-awal kehamilan, namun bisa diatasi dengan pangan-pangan lokal yang biasanya mereka kosumsi, misalnya untuk ibu hamil itu tidak boleh kosumsi bumbu-bumbu yang merangsang, namun ada pengganti bumbu yang bisa digunakan dari tanaman lokal seperti Daun Sengkubak
“Daun Sengkubak itu penggantinya micin yang penggunaanya sama dengan daun salam, yang bisa dimasukan dalam sayuran dan masakan ikan,” ujarnya.
Kemudian ada lagi Daun Kedadai/daun Ara, yang sudah banyak digunakan dan dipercaya bisa meningkatkan air susu bagi ibu menyusui, serta menambah kesehatan.
“Di Kabupaten Sintang ada binaan UMKM kita sudah membuat sirup daun kedadai dan sudah di pasarkan. Kemudian banyak buah-buahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang belum banyak diolah, seperti contoh buah gandaria yang juga sudah dibuatkan minuman isatonik,” ujarnya.
Banyak pangan-pangan lokal yang ada di masyarakat yang sangat bermanfaat, bergizi dan harganya murah.
“Pangan lokal adalah pangan yang tersedia setiap saat di masyarakat, yang sudah biasa di kosumsi oleh masyarakat, selain harganya ekonomi murah, tersedia di sekitar masyarakat, juga bisa meningkatkan gizi,” ujarnya.