HARIAN BERKAT –Tidak semua orang, bahkan pejabat sekalipun, yang leluasa untuk melihat langsung dari dekat lembaran otentik naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Baca Juga: Begini Cerita Asal Mula Nama Indonesia, Pernah Diusulkan Bernama Malayunesia
Selembar kertas yang kini buram, memiliki makna monumental dalam pernyataan kemerdekaan Indonesia 78 tahum silam, kini tetap terpelihara keorisinalannya.

Satu dari ribuan masyarakat Indonesia yang memiliki keberuntungan untuk melihat dan bahkan memegang dengan sangat hati-hati untuk sedikit waktu selembar kertas usang itu adalah Syafaruddin DaEng Usman.
Penulis sejumlah 47 judul buku yang dikenal sebagai Sejarawan di Kalbar itu, diundang secara khusus oleh Arsip Nasional RI (ANRI) menyaksikan “lembaran keramat” dalam perjalanan 78 tahun Indonesia merdeka itu belum lama ini.
“Saya merasa bersyukur, sebagai salah satu warga negara RI bisa melihat dari dekat dan meraba langsung selembar kertas yang penuh makna historis itu,” ujar Syafaruddin DaEng Usman, seorang Dosen Pengajar Sejarah Sosial Politik Indonesia (SSPI) di Untan Pontianak ini.
Menurutnya, tidak semua orang dapat menyaksikan langsung selembar kertas yang di atasnya bertulis goresan proklamasi kemerdekaan RI ini.
“Sebelum naskah itu diketik oleh Sayuti Melik, konsep inilah awal dari bunyi proklamasi kemerdekaan yang dibacakan 17 Agustus pada 78 tahun lampau itu,” ungkap Syafaruddin DaEng Usman yang akrab disapa Bang Din.
Bang Din mengatakan, ANRI mengundang dan membawa dirinya secara khusus pada ruang tersendiri tempat disimpannya selembar konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia ini.
Hal itu terkait ketekunannya selaku kolektor dokumen, arsip dan lembaran serta terbitan bersejarah mengenai Kalimantan Barat dan Indonesia.
“Saya merasa ini suatu anugrah, karena saya menurut pimpinan dan staf khusus ANRI yang mendampingi adalah sebagai orang Kalimantan Barat pertama yang mendapat kesempatan ini,” paparnya.