Kalbar jadi Provinsi Pertama Tekan Stunting Melalui Pendekatan Posyandu

  • Bagikan
Stunting
PJ Gubernur Kalbar Harisson, M.Kes saat menghadiri acara Edukasi Gizi Bagi Ibu Hamil, Ibu Bayi dan Balita Untuk Mencegah Stunting di Posyandu Langsat Kelurahan Sungai Beliung Kecamatan Pontianak Barat. FOTO : Pemprov Kalbar

Pada kesempatan yang sama Ketua Pembina Posyandu Kalbar Windy Prihastari, S.STP., M.Si., menyampaikan, setelah dikukuhkannya menjadi Ketua Pembina Posyandu oleh Ketua TP PKK pusat Ibu Tri Tito Karnavian bahwa Kalbar merupakan Provinsi pertama yang melakukan edukasi kepada ibu hamil dan balita setelah dikukuhkan kemarin.

“Tentunya kami bersinergi dengan stakeholder terkait bagaimana upaya kita dalam mencegah terjadinya stunting. Saya rasa setelah saya dilantik menjadi Ketua Pembina Posyandu Provinsi Kalbar merupakan Provinsi pertama yang melaksanakan edukasi kepada ibu-ibu dan turun langsung ke posyandu dan kita berterima kasih juga kepada pihak yang terkait dalam upaya pencegahan stunting di Kalbar yang mana ada tadi ada Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan, ibu-ibu PKK Provinsi Kalbar dan Kota Pontianak sampai tingkat Kelurahan serta tadi ada juga dari pihak PLN yang membantu melalui CSRnya,” kata Ketua Pembina Posyandu Kalbar tersebut.

Windy juga menambahkan berkenaan dengan kegiatan yang diselenggarakan ini dapat dilihat bersama bagaimana upaya nyata dalam mencegah terjadinya stunting baik dalam melakukan aksi memasak secara langsung dengan dibimbing Dokter ahli gizi dan cara memberikan langsung makanan kepada anak-anak.

“Saya bersyukur sekali dengan adanya kegiatan seperti ini bisa lebih efektif dan ibu-ibu juga secara langsung mendapatkan informasi dalam memberikan pola makanan bergizi seperti protein hewani kepada anak-anaknya,” jelas Windy Prihastari.

Sementara itu, Wali Kota Pontianak yang diwakili Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak dr. Saptiko, M.Med, PH, menuturkan untuk angka stunting di Kota Pontianak di tahun 2021 menyentuh angka 24,4 persen kemudian di tahun 2022 turun di angka 19,7 persen dan berdasarkan pada Survei Kesehatan Indonesia (SKI) di tahun 2023 ini dirgetkan bisa menyentuh dibawah 17 persen sehingga di tahun 2024 nanti bisa mencapai angka 14 persen.

“Penurunan angka stunting ini merupakan kerja keras semua pihak yang telah berkolaborasi dalam percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak. Persoalan stunting pada balita mengindikasikan bahwa terjadinya masalah dalam manajemen penyelenggaraan pelayanan dasar, di mana pelayanan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi stunting belum maksimal”, terangnya.

Oleh sebab itu, pihaknya melakukan inovasi dalam upaya percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak. Salah satu inovasi yang dikembangkan di Kota Pontianak adalah intervensi spesifik.

“Intervensi spesifik yang dilaksanakan, mulai dari pelayanan kesehatan terpadu untuk calon pengantin, pelayanan kesehatan remaja putri untuk mencegah anemia sejak dini, pendampingan ibu hamil, kelas pemberian makan bayi dan anak, hingga gerakan memasyarakatkan gemar makan ikan untuk meningkatkan konsumsi protein hewani pada balita,” paparnya.

Selain intervensi spesifik, lanjutnya, intervensi sensitif juga menjadi bagian dari upaya percepatan penurunan stunting di Kota Pontianak. Intervensi sensitif yang dilakukan antara lain penanganan daerah rawan pangan, berupa pemberian bahan pangan pokok bagi keluarga yang memiliki balita dengan masalah gizi. Perbaikan sarana sanitasi dan rumah tak layak huni juga menjadi bagian penting dalam intervensi sensitif menurunkan angka stunting.

Baca Juga : Hasto Puji Penanganan Stunting di Kota Pontianak, Edi Kamtono Targetkan Angka Stunting di bawah 14 persen

“Termasuk sambungan air bersih gratis bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kampung keluarga berkualitas dengan dapur sehat atasi stunting. Keberhasilan pencegahan stunting hanya dapat dilakukan dengan kerja keras, inovasi dan dukungan dari semua pihak,” tambahnya.***

  • Bagikan