Baca Juga: Sebuah Masjid Bersejarah yang Berusia Dua Abad di Siberia kembali Dibuka
Sebelum sampai di Sambas, Raden Sulaiman melewati daerah Mensemat, Bandar, Lubuk Madung. Di kota Lubuk Madung, Raden Sulaiman oleh pengikutnya diangkat menjadi sultan dengan gelar Sultan Muhammad Saifuddin I, tepatnya tanggal 20 Agustus 1652 M.
Karena di kota Lubuk Madung ini masih kurang baik maka pusat pemerintahan dipindahkan ke pertemuan tiga buah sungai, yaitu Sungai Sambas Kecil, Sungai Teberau, dan Sungai Sibah.
Daerah yang terkena tiga sungai ini disebut Muara Ulakan. Di Muara Ulakan inilah didirikan sebuah istana yang hingga sekarang masih berdiri anggun. Di hari tuanya, Sultan Muhammad Saifuddin I mengangkat putranya Raden Bima sebagai sultan dengan gelar Sultan Muhammad Saifuddin II.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sambas, tidak hanya Masjid Jami Keraton Sambas yang dapat dikunjungi sebagai tempat wisata religi. Terdapat pula Gereja Katolik Kristus Raja Paroki Sambas, yang merupakan gereja tua satu-satunya di kota Sambas.
Baca Juga: DPRD Sambas Konsultasi Ke Kemenpan RB Berkaitan Tenaga Honorer
Kedua tempat ini menjadi destinasi yang menarik untuk melihat dan menghargai warisan sejarah di Kabupaten Sambas.
Masjid Jami Keraton Sambas kaya dengan sejarah dan keindahan yang khas menjadikannya destinasi wisata religi yang layak untuk dikunjungi. Dari arsitektur yang memukau hingga keunikan sejarahnya, pengunjung dapat mempelajari lebih banyak tentang Islam dan kehidupan pada masa lalu di Kalimantan Barat.
Masjid tertua di Kabupaten Sambas ini benar-benar menjadi sebuah permata bersejarah yang patut dijaga dan dipelihara dengan baik.