HARIAN BERKAT – Setiap hari wilayah Gaza di Palestina menjadi lautan api seiring dengan meningkatnya eskalasi serangan Israel yang tidak mengenal tempat sehingga tidak ada lagi tempat aman di Gaza.
Akun X Times of Gaza melaporkan, hingga sebulan atau 30 hari serangan sejak 7 Okotber 2023 lalu, total 9.770 warga Palestina meninggal terbunuh, termasuk 4.800 anak-anak dan 2.550 perempuan.
Baca Juga: Perang Lawan Hamas, Israel sebut akan Menelan Biaya hingga Rp795 Triliun
Serangan Israel menyasar rumah sakit, permukiman penduduk, rumah susun, rumah sakit, pengungsian, sekolah, dan universitas. Berturut, Israel menyerang sekolah PBB dan Universitas Al-Azhar di Gaza yang menjadi salah satu tempat pengungsian penduduk.
Warga yang masih bertahan hidup pun mengalami banyak krisis. Mereka tidak memiliki akses air, listrik, bahkan tempat tinggal. Warga Palestina di Khan Younis hanya bisa memanfaatkan gerobak yang didorong keledai untuk transportasi sehari-hari karena tidak ada pasokan bahan bakar.
Aksi Israel yang mengarah pada genosida atau pembantaian massal serta tidak mau melakukan gencatan senjata menimbulkan gelombang protes dari masyarakat dunia.
Associated Press melaporkan ratusan ribu orang berkumpul di London menuntut Israel menghentikan serangan di Jalur Gaza dan mendesak Israel menyudahi blokade dan serangan udaranya. Aksi bela Palestina juga digelar di Paris. Massa mendesak Israel untuk melakukan gencatan senjata di Gaza.
Sekitar 15.000 pengunjuk rasa berkumpul di Place de la Republique. Selain di Paris, demonstrasi serupa digelar di Brussels Belgia, dihadiri sekitar 12.000 orang.