Namun seiring kemeriahan dan semangat yang terus tumbuh, dia yakin bahwa memperpanjang kompetisi adalah pilihan yang tepat.
“Keputusan ini diambil dengan harapan dapat memberikan kesempatan lebih lanjut kepada peserta untuk menghasilkan karya yang lebih berkualitas dan mendalam,” tutup Hamdan.
Sementara itu lomba video anti misinformasi ini meminta peserta untuk membuat video pendek yang mengedukasi masyarakat tentang bahaya misinformasi dan cara mendeteksinya. Peserta juga diharapkan mampu memberikan solusi dan langkah konkrit untuk meredam penyebaran misinformasi di media sosial.
Dewan juri lainnya, Edho Sinaga mengatakan lomba ini dibuat sebagai bentuk partisipasi publik untuk melawan hoax lewat video.
“Hadiah yang diberikan juga sangat besar, mulai dari 5 juta untuk juara 3, 7,5 juta untuk juara 2 dan 10 juta untuk juara 1,” kata Wakil Ketua KI Kalbar ini.
Pria yang juga menjadi Trainer Cek Fakta Google News Initiative ini mengatakan perpanjangan periode ini diberikan untuk menampung seluas-luasnya ide kreatif melalui video. Karena lomba ini bukan hanya untuk warga kalbar saja, melainkan seluruh Indonesia.
“Kami berharap, ditengah panasnya isu politik, tetap riang gembira dan melawan hoax di Pemilu 2024 nanti. Gaya khas millenial dan gen z, yang suka terhadap audio visual, menjadi alasan kenapa melawan hoax juga harus gunakan itu. Kita berharap, ke depan kita pesta demokrasi berjalan baik dengan adu gagasan, bukan dengan adu fitnah dan hoax,” tambah Edho Sinaga.***