Tekan Angka Stunting di Singkawang, Sosialisasi Pentingnya Nutrisi yang Sehat Bagi Anak

  • Bagikan
Stunting
Pj Gubernur Kalbar melaksanakan kunjungan kerja ke Singkawang beri Edukasi persoalan Stunting dan pentingnya Gizi di Posyandu Anggrek Biru Gang Mathan Sibu, Kecamatan Singkawang. FOTO : Pemprov Kalbar

HARIAN BERKAT – Pemerintah Provinsi Kalbar terus berupaya mensosialisasikan akan betapa pentingnya persoalan Stunting di Kalbar. Selama dirinya menjabat sebagai Penjabat Gubernur Kalbar pada 5 September yang lalu dr. Harisson, M.Kes, mendapatkan instruksi langsung dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) salah satunya untuk menekan angka stunting yang ada di Kalbar.

Pada akhir Tahun 2023 ini, Pj Gubernur Kalbar bersama Pj Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Windy Prihastari S,STP, M.Si, melaksanakan kunjungan kerjanya ke Kota Singkawang dalam rangka memberikan Edukasi Gizi di Posyandu Anggrek Biru Gang Mathan Sibu, Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Singkawang, Sabtu 30 Desember 2023.

Dalam kesempatan tersebut Pj Gubernur Kalbar menggambarkan bahwa kedepannya indonesia akan menatap Indonesia Emas pada tahun 2045 dimana penghasilan per orang nantinya diangka 34 juta per bulan.

“Pada tahun 2045, tahun Indonesia Emas penghasilan kita sebulan 34 juta per bulan. Banyak perusahaan dunia yang masuk ke Indonesia, dan perusahaan kita yang ekspansi keluar. Namun, Pak Presiden khawatir kalau anak-anak kita ada yang stunting. Sehingga 22 tahun nanti anak-anak kita tak mampu bersaing, sehingga tidak bisa menduduki jabatan2 penting di perusahaan itu,” tuturnya.

Baca Juga : Pj Gubernur Harisson Kembali Bagi Sembako pada Masyarakat di Singkawang

Ia menjelaskan, generasi emas nantinya diharapkan mampu menjadi sosok generasi yang cerdas dan sehat, sehingga mampu bersaing baik didalam maupun di luar negeri.

“Itu lah Presiden minta jaga benar, jadi cerdas dan pandai. Harus menjadi tenaga kerja yang handal. Kalau ada perusahaan masuk, jangan sampai kita jadi pekerja kasarnya mereka jadi bosnya. Anak – anak kita yang harus jadi bosnya”, tegas Harisson.

Ia juga menjelaskan, stunting adalah kekurangan gizi yang berkesinambungan. Dimana akar muasal penyebab serunting dari berbagai faktor. Yakni mulai dari pengetahuan ibu-ibu yang masih rendah, ketahanan pangan masih rendah hingga ketahanan ekonomi rendah. Oleh karenanya ia berharap. Penanganan stunting tidak hanya terpaku pada 1 perangkat daerah saja, tapi multisectoral.

“Stunting bukan tanggung jawab dinkes sendiri. Makanya adanya intervensi- intervensi. Harus lengkap juga gizinya, mulai dari Karbohidrat, Protein hewani dan Lemak. Ada pemberdayaan perempuannya, ketahanan pangannya, perikanannya juga misal dalam rangka memperkuat ketahanan pangan rumah tangga. Ini penting saya ungkapkan, agar ibu – ibu juga menyiapkan anak-anak yang ibu – ibu gendong sekarang ini agar menjadi generasi yang terdepan,” terangnya.

  • Bagikan