HARIAN BERKAT – Mazhab Syafi’i membedakan rukun dan wajib dalam bab haji, sesuatu yang tidak dilakukan pada bab lain. Bisa jadi [tentu ini asumsi sementara yang perlu kajian lebih lanjut ini bagian dari pengaruh Mazhab Hanafi (yang membedakan fardhu dan wajib) terhadap Mazhab Syafi’i.
Mazhab Syafi’i pada selain bab haji tidak membedakan rukun dan wajib dan menyebut rukun dan wajib untuk pengertian yang sama. Mazhab Syafi’i pada bab lain hanya membedakan rukun/wajib dan sunnah.
Baca Juga: Jemaah Haji Indonesia Mulai Diberangkatkan 12 Mei 2024
Kalau pun ada, Mazhab Syafi’i membedakan sunnah ab’adh [hampir seperti setengah rukun/wajib] dari sunnah hay’at pada bab shalat. Mazhab Syafi’i mengharuskan sujud sahwi sebelum salam bagi mereka yang lupa dalam shalat atau meninggalkan sunnah ab’adh yang dijelaskan rinci dalam kitab fiqih.
واعلم أن الفرق بين الواجبات والأركان خاص بهذا الباب، لأن الواجبات في غيره تشمل الأركان والشروط، فكل ركن واجب، ولا عكس، فبينهما عموم وخصوص بإطلاق
Artinya, “Ketahuilah, perbedaan wajib dan rukun terjadi khusus pada bab [haji] ini. Pada selain bab [haji] ini, wajib meliputi rukun dan syarat. Setiap rukun adalah wajib [pada selain bab haji], tetapi tidak berlaku sebaliknya. Di antara keduanya terdapat keumuman dan kekhususan secara mutlak.”
Semua rukun haji (ihram, wukuf, tawaf, sa’i, tahallul, dan tertib) harus dilaksanakan tanpa kecuali. Rukun haji tidak boleh dilakukan sebagian, lalu sebagian lain ditinggalkan dan digantikan dengan dam. Haji menjadi rusak atau batal ketika jamaah haji meninggalkan salah satu rukun haji.
قوله: ولا تجبر أي الأركان أي لا دخل للجبر فيها، وذلك لانعدام الماهية بانعدامها، فلو جبرت بالدم مع عدم فعلها للزم عليه وجود الماهية بدون أركانها، وهو محال بجيرمي
Artinya, “Rukun-rukun atau bagian ini tidak dapat ditambal [substitusi atau kompensasi]. Maksudnya tidak masuk pada rukun-rukun itu penambalan karena tidak ada substansi haji tanpa pelaksanaan rukun-rukun tersebut.
Seandainya rukun itu dapat diganti dengan dam tanpa mengerjakan rukun tersebut, niscaya akan wujud substansi [hakikat] tanpa rukun-rukunnya, dan itu mustahil. Demikian penjelasan Al-Bujairimi,”
Baca Juga: Kemenag Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Biaya Haji dan Umrah Murah
Adapun wajib haji (ihram dari miqat, mabit di Muzdalifah dan Mina, lontar jumrah, tawaf wada’, haji ifrad sehingga haji tamattu atau qiran terkena dam) bagi Mazhab Syafi’i berbeda dengan rukun haji. Wajib haji hampir seperti “setengah” rukun yang juga harus dilaksanakan oleh jamaah haji. Tetapi kalau sebagian wajib haji, maka hajinya tetap sah. Hanya saja jamaah haji wajib membayar dam.
Kalau dalam bab salat, wajib haji bagaikan sunah ab’adh yang memiliki konsekuensi jika ditinggalkan. Jamaah haji yang meninggalkan wajib haji baik karena uzur maupun tanpa uzur wajib membayar dam (menyembelih sektor kambing di tanah suci atau puasa 10 hari yaitu, 3 hari [dianjurkan] sebelum wukuf di Tanah Haram dan 7 hari di Tanah Air sepulang haji).