Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalbar, Pesan Tokoh Agama Melalui Pembelajaran Kebhinekaan dan Pelestarian Lingkungan

  • Bagikan
Muhammadiyah
Eco Bhinneka Muhammadiyah Kalbar gelar diskusi panel yang menghadirkan enam tokoh agama. FOTO : (*)

“Kata mahatmaghandi, tujuh manusia bisa merusak lingkungan. Eksistensi ekologi sampai kapan, jangan-jangan sudah terjadi kiamat ekologi. Perubahan iklim akan menjadi masalah. SEKA memiliki point yang sentral sehingga mengedepankan kepentingan bersama. Kedua, kebhinekaan tidak bisa dipisahkan namun keragaman, kemajemukan yang menjadi khas masyarakat kita dianggap sebagai pisau bermata dua. Kemajemukan yang ada akan baik jika pelaksanaanya ialah toleransi. SEKA menjadi simpul, menemukan dua tantangan dalam satu kesatuan. Saat ini kita sedang dalam kondisi bonus demografi tergantung bagaimana indeks kerukunan, kesejahteraan,” tambah Paulus.

Sutadi selaku Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Kalbar menyambung menyampaikan pesan bahwa dalam ajaran konghucu, semuanya kembali pada diri kita sendiri dengan membina diri kita.

“Dalam ajaran konghucu sudah diurutkan mengenai hal baik yang dilakukan. Dasar bagi kami menghargai orang lain dengan sifat yang universal. Sepanjang masih bisa diperbaiki maka diperbaiki. Jadi belajar dan harus berlatih agar menyenangkan. SEKA ini berjalan tidak melaju tapi terus berjalan,” imbuh Sutadi.

Tokoh agama selanjutnya ialah Syamsul Hidayat selaku perwakilan Majelis Ulama Indonesia memnbayangkan bahwa semesta tidak akan membaik dan semakin menua.

“Untuk memperbaiki lingkungan rasanya tidak mungkin. Kehadiran SEKA ini sebagai bentuk komunitas untuk menjaga lingkungan. Perubahan iklim yang terjadi sudah di depan mata. Ecobhineka di upgrade harus memiliki teamwork yang baik. Saya membayangkan satu program seperti wisata religi. Wisata ini sebagai bentuk pengenalan pada alam yang kemudian terkait dengan simbol keagamaan,” ucap Syamsul.

Mustaat Saman mewakili NPCI Kalbar menyampaikan bahwa NPCI bergerak di bidang olahraga disabilitas.

“Kami bersama adik-adik memiliki semangat yang tidak setengah-setengah, maka penyandang disabilitas rentan mental sehingga agama menjadi penting. Dengan kehadirana SEKA ini tentu menjadi jembatan kami untuk teman-teman disabilitas memiliki ruang karena masalah disabilitas ialah masalah kita bersama,” tegas Mustaat.

Terakhir, Manto selaku Kaban Kesbangpol Kalbar mengarakan bahwa bumi mengingatkan bahwa bumi sudah rusak akibat iklim yang tidak lagi bisa diprediksi.

“Daerah yang banyak sawit akan cepat kemarau. Kita bisa mulai perbaikan lingkungan 3R dari rumah sendiri. Kontribusi kita untuk menghasilkan oksigen bisa dengan menanam,” papar Manto.

Baca Juga : Pj Gubernur Harisson Resmikan GOR Terpadu A Yani

Shinta menutup diskusi panel dengan menyampaikan bahwa cerita SEKA sudah sampai Afrika dan Amerika sehingga pengalaman dijadikan motivasi sebagai cerita.

“Setiap agama akan menularkan praktik baik menjadi sebagai ladang pahala,” tutup Shinta.***

  • Bagikan