HARIAN BERKAT –Belakangan ini, banjir atau genangan sering terjadi di jalan-jalan utama, kawasan strategis kota, serta kompleks perumahan di Kota Pontianak.
Kondisi ini disebabkan elevasi dasar saluran yang kurang sesuai, juga karena saluran atau parit dalam hal ini, telah penuh oleh sampah dan sedimen.
Bencana banjir sering kali menjadi permasalahan tahunan yang dirasakan di Kota Pontianak. Dinamika kota yang tak terhindarkan telah berdampak pada siklus hidrologi dengan semakin hilangnya kawasan resapan air, tertutupnya parit oleh bangunan, dan kapasitas drainase yang terbatas. Akibatnya, ketika hujan turun dengan intensitas tinggi, banjir tak terhindarkan.
Baca Juga: Kolaborasi BAPPEDA Pontianak dan FINCAPES Project Skenariokan Ancaman Banjir Rob
Uraian itu dipaparkan Syafaruddin DaEng Usman selalu sejarawan dalam fokus group diskusi yang digagas Sekretariat Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan 45 atau DHD 45 Kalimantan Barat, di Pontianak, Minggu 8 September 2024.
Bang Din sapaan akrab Syafaruddin DaEng Usman memaparkan dengan memberikan perspektif tentang perjalanan parit di Kota Pontianak dari masa ke masa sedari era kolonial Belanda abad XIX silam.
Pada tataran ini Bang Din, meninjau banjir di Kota Pontianak dari aspek nonteknis, khususnya di sudut sejarah, sosial dan budaya.
Dikatakannya, sistem drainase merupakan serangkaian bangunan air dengan fungsi penting mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
“Praktisnya, drainase menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur-alur besar atau sungai. Konsepsi dasar pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan melakukan konservasi terhadap lingkungan,” ungkapnya lanjut.
“Banyak tempat saluran air atau parit di Kota Pontianak tidak mempunyai outlet menuju saluran drainase akhir, sehingga saluran drainase tersebut hanya berfungsi sebagai penampungan air hujan. Jika air yang masuk sudah melebihi kapasitas tampungnya, air akan meluap menggenangi jalan atau pemukiman di sekitar saluran tersebut. Hal semacam ini dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat pada umumnya, karena tidak saja mengakibatkan cepat rusaknya fasilitas umum, menimbulkan kemacetan, kecelakaan, juga permasalahan lingkungan lainnya,” ungkapnya.