HARIAN BERKAT – Dalam Tahapan Pilkada Serentak 27 November 2024 ada satu tahapan yang sangat krusial yang dominan mempengaruhi hasil akhir pemungutan suara yaitu Tahap Pelaksanaan Kampanye (23 September-23 November 2024).
Disini penulis akan membahas masalah sarana dan media promosi dalam pelaksanaan kampanye.
Baca Juga: Jadi Penadah Motor Curian, Oknum Satpam dan Istrinya Ditangkap Polisi
1. KAMPANYE (Langsung)
Kampanye (langsung) dalam Kamus Besar Bahasa lndonesia (KBBl) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam parlemen untuk mendapatkan dukungan massa pemilih dalam suatu pemungutan suara.
Kampanye merupakan Sarana Promosi.
2.BALlHO
Dalam KBBl, Baliho adalah publikasi yang berlebih-lebihan ukurannya untuk menarik perhatian masyarakat dengan gambar atau foto besar yang dipasang di tempat-tempat ramai.
Baliho adalah Media Promosi.
3. TURBA
TURBA dalam KBBl adalah Turun ke Bawah.
Istilah ini sangat populer pada tahun 1965 (kalau kita lihat dalam
Film “Pengkhianatan G30S-PKI” ), istilah Turba sering digunakan Pimpinan PKI bila ada pimpinan partai atau petinggi partai turun ke daerah menemui simpatisannya.
TURBA bisa jadi sebagai ajang silaturrahmi antara pengurus daerah dan cabang agar saling mengenal lebih dekat, sharing terkait etika dan karakter.
4. BLUSUKAN
Menurut KBBI Blusukan adalah masuk ke suatu tempat dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu.
Secara Etimologi kata Blusukan berasal dari Bahasa Jawa yang dasarnya dari kata Blusuk yang diberi imbuhan “an”.
Orang Indonesia hanya mengetahui arti Blusukan yang berarti “masuk” atau “memasuki” .
Padahal kalau di Jawa (Jateng dan DIY) orang punya kata yang jauh lebih lazim untuk mengatakan masuk yaitu dengan menggunakan kata “Mlebu” misalnya “Mlebu Omah” yang artinya masuk rumah.
Markibong (Mari Kita Bongkar).
Keempat istilah di atas adalah Sarana dan Media Promosi bagi kandidat peserta agar mereka lebih bisa diterima oleh pemilih.
Zaman setelah Kemerdekaan,
Kampanye (langsung) pertama sekali dilaksanakan adalah pada tahun 1955.
Ada orator ulung yang meramaikan dalam Kampanye Langsung ini seperti Sukarno (PNl), M.Natsir (Masyumi) dan DN Aidit (pentolan PKl). Yang paling terkenal adalah Sukarno dan Aidit.
Kampanye diperkenalkan sejak 1955 dengan berbagai teknik diantaranya Rapat Umum, pertemuan-pertemuan, pawai, karnaval dan panggung hiburan, kegiatan sosial, iklan di media hingga pengerahan buzzer politik.
Kampanye Pemilu/Pilkada bertujuan untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program dan atau citra dari peserta Pemilu/Pilkada.
Baliho sebagai alat peraga untuk promosi calon dalam beberapa waktu terakhir, cukup memberikan dampak negatif pada lingkungan.
Pengkampanye Urban Greenpeace, Muharram Atha Rasyadi mengatakan bahwa pemasangan alat peraga kampanye tidak boleh mengganggu etika dan estetika, apalagi melanggar kepentingan umum seperti menghalangi trotoar tempat orang berlalu lalang.
Penggunaan Baliho sebagai sarana promosi dalam sejarah dunia yang terkenal masif ada di zaman:
* Revolusi Rusia pada tahun 1917, saat Vladimir Lenin mengambil alih kekuasaan dengan menggulingkan Kaisar Tsar Nicholas ll.
Baca Juga: Kabar Duka, Mantan Penyanyi Cilik Puput Novel Meninggal Dunia
* NAZl Jerman dengan Adolf Hitler nya tahun 1939-1945.
* Fascisme di ltalia dibawah Pimpinan Benito Mussolini.
Poster-poster atau foto besar bertebaran di tengah kota sebagai bentuk penghargaan bagi pemimpin di sebuah negara.
TURBA dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman atau pengertian dinamis lainnnya.
TURBA juga memiliki makna silaturrahmi, kunjungan dan inspeksi, peninjauan, sambang dengan menggelar pertemuan.
BLUSUKAN yang mempopulerkan sebenarnya bukan Jokowi, tetapi sudah ada sejak kepemimpinan Sukarno, bagaimana tidak, beliau hobby berdekatan dengan rakyat.
Begitu juga dengan Pak Suharto, bahkan beliau pernah menginap di rumah warga desa saat kunjungan ke kampung-kampung.
Saat itu kalimat yang sangat terkenal untuk menamai blusukan Pak Harto adalah NJAJAH DESA MlLANGKORl artinya perjalanan mencari pengalaman hidup ke berbagai wilayah untuk mengenal kehidupan disana serta memahami watak penduduknya.
Dalam Sejarah lslam, BLUSUKAN sudah lama dipraktekkan, yang termasyhur adalah yang dilakukan oleh Khalifah Umar Bin Khattab.
Suatu masa di zaman Khalifah Umar Bin Khattab, Tanah Arab mengalami paceklik yang amat memprihatinkan, hujan lama tidak turun, lahan menjadi tandus, panen gagal, hewan ternak banyak yang mati.
Akhirnya Khalifah membuat kebijakan memotong onta setiap hari agar dagingnya bisa dinikmati warga, sementara beliau sendiri memilih untuk berpuasa dari makanan enak.