Penulis : Chica
Gerakan bebas menari-nari dipangkuan langit beragam layangan dengan berbagai ukuran mewarnai langit yang luas tanpa batas. Menjadi sensasi bagi pemain layangan saat menerbangkan layangan sekaligus melepaskan endorfin atau hormon bahagia dan mengurangi stress.
Ini menjadi tontonan saat menjelang sore, layangan yang melukis langit menjadi pemandangan yang menggantung di udara tanpa pijakan di sore nan cerah, dimana para pemain layangan memulai hiburannya dengan memanfaatkan angin untuk menaikkan layangannya hingga mencapai titik tertingginya.
Seperti layangan yang memanfaatkan angin untuk bisa terbang tinggi, para pemain layangan juga memanfaatkan momen bermain layangan agar lebih seru lagi, salah satunya dengan tali besi atau tali kawat.
Bermain layangan juga salah satu akar budaya yang ada sejak dulu, hanya saja kali ini ada yang berbeda yaknj tali layangan yang dipakai tidak semestinya yakni menggunakan tali kawat.
Tak lama datang serombongan sepeda motor merapati sejumlah orang yang sedang bermain layangan dengan tali kawat. Ini salah satu satu tim PLN yang disebut Tim Langit Biru saat melakukan razia kelayang dengan tali kawat.
Dalam kesempatan tersebut layangan tali kawat langsung disita, layangan dibakat, tali kawat di sita dan para pemain di berikan edukasi secara humanis.
“Janganlah main layangan dengan tali kawat nih, bahaya bah,” kata salah satu Tim Langit Biru sesaat setelah membakar layangan dan langsung memberikan penyuluhan para pemain layangan.
Dijelaskan mereka bahaya bermain layangan dengan tali kawat, tali kawat itu tajam seperti pisau, ditambah dengan angin kencang bisa membawa layangan semakin jauh sehingga semakin sulit untuk dikendalikan, hingga berakibat membahayakan warga yang melintas dan jaringan listrik.
Bagi para pemain layangan mungkin bermain kelayang dengan tali kawat ini Ini menjadi permainan biasa dengan modifikasi bagi para pemain layangan, entah itu disengaja atau tidak, dari sini bahaya mulai mengintai, apalagi jika bermain layangan dekat jaringan listrik.
Saat layangan itu putus, bahaya mulai mengancam bagi manusia juga saat layangan tali kawat ini terbawa angin dan menyangkut di jaringan listrik dan nyantol di kabel listrik.
Dari sini kemudian aliran listrik mulai bergetar dan memercikkan api kecil, picu lampu mati dan listrik pun padam. Warga disekitar jaringan tersebut menjadi panik dan disinilah Perusahaan Listrik Negara (PLN) akan dipangil untuk melakukan perbaikan.
Berawal dari sekdar bermain kelayang dengan menggunakan tali kawat ini merupakan perlakuan sederhana yang berakibat pada kesenangan menjadi tragedi, yang tadinya ingin bersenang senang dengan bermain kelayang ternyata berdampak bagi banyak orang, karena bermain kelayang dengan bahan yang tidak semestinya.
Seperti disampaikan General Manager PLN UIP3B Kalimantan, Abdul Salam Nganro bahwa tidak masalah dengan bermain layangan tapi tidak menggunakan tali kawat, karena sangat berbahaya bermain layangan dengan tali kawat apalagi di dekat jaringan listrik.
“Listrik ini sudah menjadi kebutuhan primer masyarakat, karena itu mari bersama-sama kita menjaganya dengan lebih peduli, jadi kunci kelistrikan agar tetap andal,” katanya pada kegiatan UIP3 B Kalimantan ajang Ekosistem Peduli Listrik (EPL) Award Tahun 2024, belum lama ini.
Memberikan edukasi dan kesadaran masyarakat menurutnya penting dilakukan PLN, seperti masyarakat juga perlu turut menjaga jaringan listrik, tidak bermain layangan dekat kabel listrik apalagi jika menggunakan tali kawat, juga hemat listrik agar penggunaan listrik lebih efisien.
Ia sampaikan bahwa PLN siap memenuhi kebutuhan rumah tangga dan bisnis, karena itu PLN juga siapkan Sumber Daya Manusia (PLN) dan bentuk pertahanan PLN sehingga bisa menjaga pasokan listrik dengan pasukan khusus yang siap bertugas untuk bekerja pada posisi selamat.
“Seperti yang disampikan Presiden bahwa Indonesia harus swasembada energin, karena swasembada energi ini juga menunjukkan kemandirian energi yang harus dikelola dengan baik. Karena itu PLN dengan SDM nya terus berupaya untuk bisa menjaga pasokan listrik dengan pasukan khusus yang siap memberikan pelayanan dengan bekerja pada posisi selamat,” ungkapnya dengan ramah.
Dan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat PLN memiliki tim elite Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) adalah pekerjaan pemelihataan perbaikan pada jaringan listrik, saluran udara tegangan menengah, tegangan yang tinggi dan tegangan extra tinggi yang dilakukan tanpa pemadaman jaringan.
“Tim PDKB ini digerakkan agar ketika PLN melakukan pemeliharaan tidak perlu melakukan pemadaman listrik konsumen,” ungkapnya.
Kondisi kebutuhan listrik saat ini, Abdul Salam Nganro menyampaikan bahwa konsumen tidak hanya perlu PLN hadir 24 jam, akan tetapi juga kualitas listrik yang baik, yang tidak redup-redup dan lainnya. Dan untuk menjawab tantangan tersebut PLN menghadirkan PDKB.
Kombinasi lain yang dilakukan PLN adalah dibentuknya Tim Langit Biru, yang bertugas menyisir para pemain layangan sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat bahayanya bermain layangan dengan tali kawat. Juga PLN melakukan savety campaign ke sekolah-sekolah juga ke komunitas-komunitas, terutama di wilayah rawan gangguan akibat layangan
Salah satu Tm Langit Biru yang ditemui usai melakukan razia layangan di Kecamatan Pontianak Utara menyampaikan bahwa setiap hari dilakukan razia. Dimana pemain layangan ini usianya beragam, dari anak-anak, remaja sampai dewasa.
Dari upaya PLN yang berhasil dilakukan atas kinerja semua komponen tim dari penyuluhan, edukasi, papan himbauan dan Tim Langit Biru terhitung efektif dan berhasil menurunkan angka pemain layangan.
Fenomena bermain layangan dengan tali kawat ini merupakan masalah klasik yang selalu muncul secara terus menerus di masyarakat. Karena itu PLN pun bekerjasama beberapa stakeholder baik itu dari unsur TNI Polri dan Tim Langit Biru ini dalam melakukan razia.
Dari hasil razia yang dilakukan ada beberapa titik di Kota Pontianak yang rawan pemain layangan dengan tali kawat, seperti di daerah Beting, daerah Batu Layang, daerah Pemakaman Cina, daerah Purnama 2 Parit Demang.
“Kita tidak larang main layangan tapi di tempat khusus bermain layangan sehingga tidak membahayakan masyarakat dan tidak sampai berakibat pada menganggu jaringan listrik. Jangan sampai kesenangan menjadi tragedi,” imbuh General Manager PLN UIP3B Kalimantan, Abdul Salam Nganro
Data ganguan pelanggan yang timbul akibat gangguan layangan dan jumlah pelanggan padam dalam dua tahun terakhir menjadi trend yang berdampak pada 300 ribu pelanggan padam di setiap tahunnya.
PLN juga membuat pertahanan berlapis agar bagaimana mencegah supaya tidak terjadi gangguan, upaya pertama yakni dengan lakukan razia agar tidak ada gangguan.
Upaya Kedua kalaupun terjadi gangguan oleh layangan maka tidak boleh terjadi pemadaman, jadi dilakukan pemasangan beberapa alat untuk mengantisipasi sebagai upaya pertahanan kedua.
Upaya Ketiga, terjadi padam atau jebol bagaimana supaya tidak terjadi pemadaman yang meluas. Dan upaya keempat jika memang terjadi pemadaman diupayakan tidak lama terjadinya dan bisa segera diatasi. Salah satunya dengan kegiatan Ekosistem Peduli Listrik (EPL) ini.
Layangan yang seharusnya menjadi hiburan bagi masyarakat yang senang bermain layangan ini merupakan salah satu pemicu ganguan listrik yang mendominasi, khususnya pada tiga tahun terakhir dengan faktor lainnya yakni petir dan pohon.
Berkoneksi dengan alam, menatap langit biru, sensasi yang berhasil menerbangkan layangan, kepiawaian menentukan arah angin merupakan salah satu dari aktivitas yang dirasakan para pemain layangan.
Belum lagi aktivitas bermain layangan ini menjadi menyenangkan dan efektif menghilangkan stres, seperti yang dirasakan Erik salah satu penghobi bermain layangan yang tergabung dalam komunitas layangan Bolang Budak Banser (BBR).
Akan tetapi, komunitas ini bermain layangan di tempat-tempat khusus dan lapang serta jauh dari jaringan listrik, jauh dari keramaian dan pemukiman, yang pasti komunitas ini bermain layangan tidak menggunakan tali kawat tapi gunakan tali gelasan, karena mereka bermain layangan untuk adu layangan, kalau main layangan pakai tali kawat untuk “nyaok” layangan.
“Kite main layangan pakai gelasan ndak pakai tali kawat, main kelayang nih hobi, juga menghidupkan kembali masa kecil same budak budak nih main kelayang,” katanya yang mengaku bahwa ia bersama komunitasnya yang berjumlah 30 lebih itu tidak bermain layangan dengan tali kawat karena itu mereka bermain di tempat-tempat yang jauh dari pemukiman dan jaringan listrik.
Komunitas BBR ini bermain di tempat strategis seperti di pinggir kota, Purnama ujung, daerah Sungai Tempayan dan lainnya. Bersama komunitas lainnya seperti Bolang Muksin Club (BMC), Bolang Purnama Club (BPC, Bolang Siantan Club (BSC) Bolang Club Wajok (BCW) dan banyak lagi.
Eko anggota komunitas lainnya mengaku dipilihnya tempat bermain kelayang yang strategis karena tidak ingin membahayakan masyarakat jika layangan putus, akibat adu layangan. Dan pernah beberapa kali kena razia saat bermain di tepi sungai daerah banser, dan menerima penyuluhan langsung dari tim yang razia.
“Kite main di daerah jauh dari jalur kabel listrik, menghindari daerah ramai, bermain layangan di tepian hutan biar ndak kenak orang. Maen layangan ni hobi, sensasinya saat lihat layangan kite terbang tinggi di langit tuh memberikan rasa bahagia,” ucapnya.***