Memilih Pemimpin dalam Perspektif Islam

  • Bagikan
Said Fauzi Assegaf

HARIAN BERKAT – Memilih pemimpin adalah salah satu aspek penting dalam pilar bernegara, apalagi sebagai negara demokrasi, dimana kedaulatan ada di tangan rakyat seperti di lndonesia.

Dalam Hadist Nabi dinyatakan bahwa seseorang yang dipilih menjadi pemimpin adalah mereka yang mampu mengemban amanah dengan baik.

Baca Juga: Konsistensi dan Mental Juara

Sementara dalam Alquran disebutkan, kepemimpinan bukan sekedar kontrak sosial antara pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian yang kuat antara yang bersangkutan dengan Allah SWT (Mitsaqan Ghalizha).

Di dalam lslam ada syarat pokok dalam memilih pemimpin:

1. Memiliki Aqidah yang lurus.

* Ciri seseorang yang memiliki Aqidah yang lurus adalah memiliki keyakinan kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab Suci, Hari Kiamat dan Takdir.

* Komitmen menjauhi Bid’ah dan Syirik.

* Teguh memegang ajaran dan prinsip lslam.

2. Memiliki wawasan yang luas.

* Sebagai orang yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, seorang pemimpin wajib memiliki wawasan yang luas.

Sudahkah pemimpin yang ada di negara kita mulai dari Presiden sampai yang terendah RT/RW memiliki wawasan yang luas?.
Silakan nilai sendiri karena ada di lingkungan anda dan anda yang memilih.

* Memiliki pengetahuan tentang berbagai bidang, konsep yang relevan dalam konteks sosial budaya, politik, ekonomi dan ilmiah.

Seorang pemimpin tidak tahu banyak, namun minimal ada pemahaman.

Ini byk kita lihat saat ini menurut penulis sebuah fenomena aneh. Harusnya minimal ada pemahaman.

Orang berfikir bahwa seorang pemimpin gak harus tahu banyak, dia kan ada wakilnya.
lni yang salah menurut penulis.

* Pemimpin yang memiliki wawasan yang luas mampu melihat gambar besar permasalahan yang ada di tengah masyarakat.

3. Mengabdi pada masyarakat (berdedikasi).

Bila komitmen ini sudah dimiliki, seorang pemimpin akan secara aktif berkontribusi dan melayani kepentingan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Secara otomatis ia akan memiliki integritas.

* Konsisten menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan masyarakat.

* Menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta etika dalam setiap tindakan dan keputusannya.

Sesekali turun ke masyarakat (blusukan) juga satu bentuk pengabdian.
Di zaman Pasca Rasulullah wafat, kegiatan ini sering dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab yang sering blusukan turun ke tengah-tengah masyarakat dengan tujuan melihat kondisi masyarakatnya tanpa adanya niat melakukan pencitraan seperti yang sering kita lihat sangat banyak dilakukan para pemimpin dan petinggi bangsa di lndonesia saat ini.

4. Berkomitmen kuat terhadap ajaran lslam.

  • Bagikan