HARIAN BERKAT – Persatuan Sepakbola Seluruh lndonesia (PSSl) mengeluarkan keputusan yang sangat mengejutkan pada hari ini 6 Januari 2025 yaitu dengan memecat Pelatih Tim Nasional Sepakbola lndonesia asal Korea Selatan Shin Tae Yong.
Banyak masyarakat lndonesia yang “menangis” dan mempertanyakan keputusan tersebut.
Baca Juga: Resolusi Tahun 2025 Secara Umum dan Dalam Perspektif lslam
Apa yang terjadi?
Apakah karena Shin Tae Yong gagal di Piala AFF kemaren dimana Timnas U-22 gagal lolos dari fase grup setelah dikalahkan Philipina 0-1?
Apakah karena Shin Tae Yong minta kenaikan gaji dan tidak disetujui?
Apakah karena gaji Shin Tae Yong terlalu tinggi?
Dan Bla..Bla..Bla…….
Program yang sudah dibuat sejak Erick Thohir menjadi Ketua Umum PSSl sudah sangat bagus (terutama program naturalisasi), hasil nya sudah cukup terlihat sejak Shin Tae Yong diangkat menjadi Pelatih Tim Nasional lndonesia.
Shin Tae Yong sudah membuktikan hasil nya:
1. Tahun 2020 lndonesia berhasil mencapai Final Piala AFF, namun dikalahkan Thailand 2-6.
2. Tahun 2024 Tim Nasional lndonesia U-23 untuk pertama kalinya lolos ke semifinal, setelah mengalahkan Korea Selatan, sebelum akhirnya dikalahkan Uzbekistan 0-2.
3. Tahun 2024, Tim Nasional senior berhasil lolos ke Babak ,Ketiga Fase Grup untuk bersaing memperebutkan tiket ke Piala Dunia 2026.
Yang terakhir ini yang sangat disayangkan, mengapa disaat Coach Shin Tae Yong serta para pemain sedang bersemangat ingin membawa lndonesia lolos ke Piala Dunia 2026 (bertarung lagi di Bulan Maret 2025).
Penulis tidak yakin dengan digantinya Coach Shin, sudah pasti gaya kepelatihannya berbeda, kalaulah pelatih baru diminta melanjutkan yang sudah dibuat Coach Shin, style nya pasti berbeda, pelatih baru sudah pasti baru akan memulai memahami karakter pemainnya, masih mencari bentuk strategy yang pas dan normalnya pasti akan menjalankan kepelatihannya dengan gayanya.
lni semua butuh waktu untuk waktu beradaptasi, menyamakan persepsi dengan gaya kepelatihan dari Coach Shin yang sudah cukup dijiwai dan dipahami para pemain tim nasional.
Coach Shin Tae Yong sudah mulai paham budaya lndonesia, kedekatannnya dengan para pemain tim nasional sudah seperti Bapak dengan Anak.
Sering kita lihat saat konferensi pers atau saat setelah latihan bagaimana canda Coach Shin kepada para pemain seperti Marcelino dam Rizky Ridho seperti Bapak dengan Anak dan para pemain sangat menghormati Coach Shin.
Banyak kemajuan yang sudah dibuat oleh Coach Shin Tae Yong terhadap sepakbola lndonesia mulai dari hal mendasar dribling para pemain sudah tidak lagi sulit melewati lawan, passing sudah semakin baik, kontrol bola yang cukup baik, organisasi permainan mulai rapi, tidak gampang kehilangan bola dan yang pasti di 2 pertandingan terakhir melawan tim sekelas China (selalu masuk 10 Besar Asia), Ball Possession (penguasaan bola) bisa mencapai di atas 70 persen), meski akhirnya kalah.
Bahkan saat pertandingan terakhir Pra Piala Dunia melawan macan Asia, Arab Saudi secara gemilang lndonesia bisa unggul 2-0.
Tinggal menunggu momen “meledak” nya Tim Nasional di 2 pertandingan di bulan Maret melawan Australia dan Bahrain dibawah Shin Tae Yong.
Sayang seribu kali sayang, PSSl tidak mau belajar dari kegagalan di masa lalu.
Menurut hemat penulis harusnya Coach Shin Tae Yong diberi kesempatan sampai kontrak nya habis di tahun 2027.
Tidak dipecat di tengah jalan seperti saat ini. Budaya PSSl dari dulu yang dalam perjalanannya selalu gonta-ganti pelatih dalam waktu pendek (paling lama 5 tahun).
Sejak lndonesia Merdeka PSSl sudah memiliki Pelatih Tim Nasional sejak 1951.
Ada sekitar 43 pelatih yang pernah melatih tim nasional, artinya selama 74 tahun (sejak 1951-2025) rata2 pelatih tim Nasional sepakbola lndonesia hanya bertahan gak sampai lebih dari 2 tahun!!!.
Pelatih terlama yang menangani tim nadional adalah Toni Pogacnik (Yugoslavia) yang melatih Tim Nasional lndonesia dari tahun 1954-1963 (9 tahun) serta Shin Tae Yong 2019-2025 (6 tahun).
Selain 2 pelatih tersebut, berarti rata pelatih tim Nasional lndonesia hanya melatih paling lama 2 tahun, seperti Sinyo Aliandoe, Bertje Matulapelwa, lswadi ldris, Benny Dollo, Danurwindo dan lain-lain.