HARIAN BERKAT – Blunder artinya kesalahan serius atau memalukan yang disebabkan oleh kecerobohan, kelalaian atau kebodohan.
Blunder dapat terjadi dalam berbagai bidang seperti olahraga, politik, bisnis, kehidupan sehari-hari bahkan dalam konteks sejarah.
Baca Juga: MUI Minta Pemerintah Hentikan Proyek PIK 2, Alasannya Ada Hak Masyarakat Terzolimi
Blunder seringkali memiliki dampak yang lebih dan dapat menciptakan efek domino yang kompleks.
Blunder tidak selalu memiliki dampak negatif. Dalam kasus tertentu blunder dapat menjadi momen dimana inovasi dan pembelajaran terbesar dapat lahir.
DECISION MAKER adalah individu atau kelompok yang memiliki otoritas dan wewenang dalam pengambilan keputusan.
Tujuan Decision Maker adalah memecahkan masalah yang dihadapi sekaligus membuat keputusan yang paling tepat dengan mempertimbangkan berbagai aspek.
Sudah tepatkah dan dengan pertimbangan yang matangkah keputusan yang diambil Ketua Umum PSSI Erick Thohir memecat Shin Tae Yong di tengah jalan?
Padahal kontraknya sampai 2027.
Begitu fatalkah kesalahan Shin Tae Yong?
Banyak masyarakat lndonesia kaget dan “menangis” atas diberhentikannya (dipecat) nya Shin Tae Yong sebagai Pelatih Tim Nasional lndonesia tanggal 6 Januari 2025 kemaren.
Shin Tae Yong yang sudah membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih yang mumpuni dalam membangun Sepakbola lndonesia yang dulunya terseok-seok di Asia Tenggara apalagi di Asia.
Apalagi lndonesia tinggal selangkah lagi bisa lolos ke Piala Dunia 2026 setelah masuk ke putaran ketiga untuk pertama kalinya pada Babak Kualifikasi Pra Piala Dunia Zona Asia.
Prestasi yang sangat baik dari Coach Shin Tae Yong.
Kerja kerasnya membangun Tim Nasional lndonesia sejak 2019 meskipun akhirnya dibantu PSSl dengan menggencarkan program naturalisasi, dimana dalam setahun terakhir Tim Nasional Sepakbola lndonesia menjelma menjadi tim yang cukup disegani di kawasan Asia, terbukti Korea Selatan bisa dikalahkan di Piala Asia U-23 pada April 2024 dan Tim Nasional Senior mampu lolos ke babak ketiga Kualifikasi Pra Piala Dunia Zona Asia tahun 2026 dan pertandingan terakhir di bulan lalu Tim Nasional lndonesia mampu menghempaskan Arab Saudi 2-0.
Suatu prestasi yang tidak bisa dianggap remeh. Coach Shin sudah membuktikan mampu merobah budaya Sepakbola lndonesia dari yang dulunya “cengeng”, kontrol bola (dribling dan passing) yang dulunya kurang dan sering kehilangan bola, sekarang mulai membaik, organisasi permainan cukup rapi, kemampuan melewati lawan sekarang sudah lebih baik, fisik yang teruji dan penguasaan bola (Ball Possession) yang cukup baik/tinggi.
Hal-hal mendasar pada sepakboka yang jauh lebih baik setelah dipoles Coach Shin Tae Yong.
Tapi itulah resiko pelatih sepakbola. Sedang jaya dipuja, sedikit saja tergelincir bisa dihujat dan dipecat.
Banyak sinyalemen yang beredar bahwa Shin Tae Yong dipecat karena kegagalan di fase grup Piala AFF, dimana Tim Nasional U-22 dikalahkan Philipina 0-1 sehingga tidak mampu lolos ke semifinal.
Ada lagi yang mengatakan Coach Shin Tae Yong keras kepala, maunya sendiri yang didulukan, seperti Orang Korea pada umumnya. Tipikal orang seperti ini biasanya tingkat kepercayaannya tinggi dan sangat percaya dengan kemampuannya.
lnilah kalau sebuah organisasi olahraga dipimpin oleh seorang pengusaha, tidak semua managemen perusahaan bisa diterapkan dalam sepakbola, kadang dalam sepakbola perlu improvisasi yang tidak selalu text book seperti managemen perusahaan yang kaku sesuai buku.
lmprovisasi perlu, tentu masih dalam koridor koordinasi.
Mungkin ini yang perlu diperhatikan pelatih sepakbola dalam menerapkan managemen ke pemain.
Tidak juga main terabas.
Terungkap dari Erick Thohir kenapa lebih cenderung memilih pelatih asal Belanda sebagai pengganti Coach Shin, semata untuk memudahkan koordinasi dan komunikasi dengan pemain agar apa yang dimaui seorang pelatih bisa diejawantahkan oleh pemain di lapangan.
lni juga agak ambigu.
Shin Tae Yong mulai melatih Timnas lndonesia sehak 2019.