Hari Bumi 2025 : Kalbar Darurat Krisis Ekologis, WALHI Serukan Perlawanan Perusakan Alam

  • Bagikan

HARIAN BERKAT – Hari Bumi tahun ini menjadi momen refleksi mendalam bagi Kalimantan Barat (Kalbar), yang terus menghadapi eskalasi bencana ekologis yang akibatkan oleh perusakan lingkungan yang masif dan sistemik.

Sepanjang tahun 2024, Kalbar kehilangan tutupan hutan seluas 39.598 hektar, imbas dari ekspansi industr iekstraktif seperti perkebunan sawit, pertambangan, dan proyek-proyek skala besar yang rakus ruang.

Deforestasi yang terjadi turut menghancurkan kawasan ekosistem gambut, sehingga mempercepat laju perubahan iklim.

Perubahan iklim ini pula yang kemudian menjadi pemicu bencana ekologis yang terus berulang di Kalimantan Barat (Kalbar).

Baca Juga : Oknum APH Diduga Backing Tambang Emas Ilegal di Landak, Begini Penjelasan Adam Walhi

Dimana Banjir besar melanda sembilan kabupaten dan kota, termasuk Pontianak, Kubu Raya, Sanggau, Sintang, Landak, Bengkayang, Sekadau, Ketapang, dan Kapuas Hulu.

Dengan ketinggian air mencapai 1 hingga 3 meter, banjir ini menimbulkan kerusakan infrastruktur, merusak lahan pertanian rakyat, dan mengganggu aktivitas ekonomi serta sosial masyarakat.

Di sisi lain, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan gambut menyebabkan kualitas udara memburuk drastis, memperburuk kondisi kesehatan terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

Krisis ini diperparah dengan rencana pemerintah terkait pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Dimana rencana tapak pembangunannya berada di Pulau Semesak, Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Proyek yang didorong sebagai bagian dari agenda “Energi Baru” ini dinilai WALHI Kalimantan Barat (Kalbar) sebagai sesat fikir dan kebohongan publik dalam memahami transisi energi.

Sejarah mencatat tragedi Chernobyl di Ukraina dan Fukushima di Jepang sebagai bukti nyata bahwa energi nuklir menyimpan risiko yang luar biasa besar terhadap keselamatan manusia dan ekosistem.

“Kita tidak berbicara soal ketakutan terhadap teknologi, tetapi tentang tanggung jawab moral dan sosial untuk melindungi generasi mendatang dari ancaman yang tak terlihat,” tegas Direktur Eksekutif WALHI Kalimantan Barat (Kalbar), Hendrikus Adam pada Senin 28 April 2025.

Dalam memperingati Hari Bumi 2025, WALHI Kalimantan Barat menggelar diskusi bertema “Earth Day: Kalimantan Barat Darurat Bencana Ekologis.

Diskusi ini melibatkan jejaring komunitas, mahasiswa, dan aktivis lingkungan yang berbagi pengalaman lapangan serta analisis mendalam tentang akar penyebab krisis ekologis di Kalbar.

Selain diskusi, momentum ini juga digunakan untuk menyerukan bahwa Hari Bumi bukan tentang sebuah perayaan, melainkan panggilan darurat untuk mengubah arah pembangunan yang selama iniabai terhadap keberlanjutan lingkungan. WALHI Kalimantan Barat menegaskan bahwa penyelesaian krisis ekologis harus dimulai dari:

Baca Juga : WALHI Kalbar Temukan Ekosistem Gambut Rusak pada Konsensi Lahan Perkebunan Milik Tiga Perusahan

Penghentian deforestasi untuk ekspansi industri ekstraktif,
Perlindungan ketat terhadap kawasan gambut, hutan adat, dan sumber air,
Penolakan terhadap proyek berisiko tinggi seperti PLTN,
Pembangunan ekonomi berbasis masyarakat dan ekologi.

“Kalbar tidak butuh lebih banyak proyek tambang atau energi kotor berkedok energi baru. Yang kita butuhkan adalah hutan lestari, air bersih, tanah subur, dan ruang hidup yang aman untuk semua,” tambah Adam.

Ke depan, WALHI Kalimantan Barat bersama jejaring aka nmelanjutkan konsolidasi menuju Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2025. Berbagai rencana aksi telah disiapkan, termasuk kampanye publik hingga kampanye penyelamatan Sungai Kapuas sebagai ikon penting keberlanjutan di Kalimantan Barat (Kalbar).

Baca Juga : WALHI Kalbar Minta Aktivitas PETI di Sungai Kapuas Jadi Perhatian Serius Kapolri

Hari Bumi tahun ini bertemakan “Our Power, Our Planet”, WALHI Kalbar mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bangkit dan menjadi bagian dari perubahan. Menyelamatkan bumi berarti menyelamatkan masa depan.***

  • Bagikan