Mutiara Hati: Mengetuk Asa Kita Yang Terputus

  • Bagikan
Ilustrasi anak-anak/Foto: Pixabay

HARIAN BERKAT – Ketika anak terlalu di tekan, di kekang, di atur tanpa solusi, di hakimi, di tarik ulur, di marahi tanpa sebab, dibanding-bandingkan, di bohongi, janji palsu, tidak dipedulikan, main fisik. Maka anak tidak akan merasa memiliki rumah teraman dan ternyaman, dan dia akan memiliki karakter pendiam, pelamun, bahkan dendam.

Batinnya selalu menangis, pikirannya selalu bimbang penuh ketakutan, tatapannya penuh kebohongan bertopeng, padahal dia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.

Baca Juga: Mutiara Hati, “Lomba Yang Paling Melelahkan”

Ketika semuanya menumpuk, dia akan trauma dan tidak memiliki kepercayaan diri. Bahkan tidak percaya dunia luar dan orang asing.

Dia sangat ketakutan bukan karena dirinya yang salah, namun karena peran orang tua yang belum benar. Jangan salahkan anak jika keras kepala, karena dia sedang menuntut keadilan atas dirinya.

Jangan salahkan anak jika suka membantah, karena dia sedang membalikkan semua pelajaran yang orang tua berikan dahulu, ketika suara sang anak tidak pernah di dengar.

Sejatinya tidak ada anak kecil yang nakal, yang ada hanya orang tua yang kurang sabar, tidak ada anak yang kecil yang bodoh, yang ada hanya orang tua yang kurang sedikit pintar, tidak ada anak kecil yang bandel, yang ada hanya orang tua yang kurang sadar.

  • Bagikan