Burung Hantu, Predator Malam Penyelamat Petani

  • Bagikan
Burung
Burung hantu, terutama jenis Tyto alba atau Serak Jawa adalah predator alami yang sangat efektif dalam memangsa tikus. Foto: wikipedia

HARIAN BERKAT – Sektor pertanian adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, namun para petani sering kali menghadapi tantangan berat, salah satunya adalah serangan hama. Tikus sawah yang dikenal sebagai hama utama, mampu merusak puluhan hingga ratusan hektar lahan, mengakibatkan kerugian material yang tidak terhingga.

Menanggapi masalah ini, berbagai solusi telah dicoba, mulai dari racun kimia hingga perburuan massal. Namun kini, sebuah metode alami dan berkelanjutan mulai mendapatkan perhatian luas, yakni pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus.

Gerakan ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah solusi cerdas yang menggabungkan kearifan lokal dengan pendekatan ekologis. Burung hantu, terutama jenis Tyto alba atau Serak Jawa adalah predator alami yang sangat efektif dalam memangsa tikus. Kemampuannya berburu di malam hari saat tikus paling aktif, menjadikannya ‘pasukan’ penjaga sawah yang ideal.

Salah satu alasan utama mengapa burung hantu dipilih adalah karena efisiensinya. Sepasang burung hantu dewasa, bersama anak-anaknya diperkirakan dapat memangsa hingga 1.300 ekor tikus dalam satu musim tanam. Angka ini jauh melebihi metode pengendalian hama lainnya.

Selain itu, penggunaan burung hantu secara langsung mengurangi ketergantungan petani pada pestisida dan racun kimia yang berpotensi merusak ekosistem dan kesehatan manusia. Racun tikus, misalnya, tidak hanya membunuh hama tetapi juga dapat mencemari tanah, air dan bahkan membahayakan hewan lain yang tidak ditargetkan.

Baca Juga: 5 Alasan Burung Gereja Tidak Boleh Dipelihara

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan berbagai lembaga riset telah mendorong program ini dengan membangun rumah-rumah burung hantu yang sering disebut sebagai “rubuha” (rumah burung hantu), di area persawahan.

Rubuha ini didesain khusus agar burung hantu merasa nyaman untuk bersarang dan berkembang biak. Biasanya, rubuha diletakkan di tengah sawah dengan ketinggian sekitar tiga hingga empat meter yang memungkinkan burung hantu untuk mengawasi seluruh area dengan baik.

  • Bagikan