HARIAN BERKAT – Di tengah pesatnya arus informasi digital, masyarakat—terutama remaja dan dewasa muda—semakin mudah terpapar berbagai isu kesehatan, termasuk yang belum terverifikasi kebenarannya. Salah satu contoh yang cukup populer di internet adalah istilah “blue waffle” yang diklaim sebagai penyakit menular seksual (PMS) dengan gejala khas berupa perubahan warna kebiruan pada area kelamin.
Padahal, hingga saat ini, blue waffle tidak diakui dalam dunia medis. Istilah tersebut tidak tercantum dalam literatur kedokteran, jurnal ilmiah, maupun panduan dari organisasi kesehatan terkemuka seperti WHO atau CDC.
Baca Juga: Merasa Kesepian Bisa Tingkatkan Resiko Penyakit Parkinson
Istilah “blue waffle” pertama kali muncul dari konten hoaks yang tersebar melalui internet, terutama forum daring dan media sosial. Konten ini kerap disertai gambar manipulatif dan narasi menakutkan, sehingga menciptakan ketakutan dan rasa malu, khususnya di kalangan remaja.
Namun, perlu ditegaskan bahwa tidak ada bukti ilmiah yang mendukung keberadaan penyakit tersebut. Konten semacam ini lebih merupakan upaya untuk mempermalukan atau mengejutkan pembaca, bukan informasi kesehatan yang sahih.
Gejala yang dikaitkan dengan “blue waffle” seperti luka, ruam, nyeri, atau perubahan warna di area genital memang bisa terjadi dalam beberapa kondisi medis, tetapi bukan akibat dari penyakit bernama “blue waffle”.
Keluhan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai infeksi menular seksual (IMS) yang sudah dikenal secara medis, seperti Herpes genital, Klamidia, Gonore, Sifilis, dan Infeksi jamur atau bakteri lainnya.
Meski demikian, tidak ada infeksi menular seksual yang menyebabkan perubahan warna biru pada area kelamin sebagaimana diklaim dalam hoaks “blue waffle”.