Politik Identitas Menguat, Ini Buktinya

  • Bagikan
HARIAN BERKAT
Garuda Pancasila

HARIAN BERKAT – Setakat ini, sulit dimungkiri bahwa politik identitas terus menguat di Indonesia. Terutama menjelang Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.

Semakin menguatnya politik identitas tersebut di antaranya dengan munculnya fanatisme kedaerahan yang primordial.

Fakta semakin kuatnya politik identitas itu diperparah dengan semakin tajamnya kesenjangan ekonomi antara pusat dengan daerah.

“Kita juga masih menemukan kurang berkembangnya pemahaman, kesadaran dan penghargaan atas nilai-nilai kebhinekaan dan kemajemukan sebagai simbol entitas negara,” kata Dr Alfisahrin, Dosen Fisipil dan Ilmu Komunikasi Universitas 45 Mataram, seperti dikutip HARIAN BERKAT dari suarakarya.id, Selasa 25 Oktober 2022.

Baca jugaKetua Umum Pemuda Pancasila, Japto: Seluruh Anggota PP Wajib Dukung Anies Jadi Capres

Lemahnya penghayatan, kesadaran dan pengalaman nilai-nilai agama yang moderat (inklusif) dan relevan dengan situasi historis, sosial dan kultural juga menjadi tantangan kebangsaan saat ini.

Selain itu, pemahaman keagamaan yang radikal dan keliru juga meluas. Sehingga mengancam solidaritas kebangsaan, toleransi antarumat beragama dan keutuhan nasional.

Menurut Alfisahrin, minimnya role model dan keteladanan dalam sikap, perilaku dan tindakan yang terpuji dari sebagian elite sebagai pemimpin dan tokoh bangsa, juga adalah tantangan factual saat ini.

Begitu juga dengan belum efektif dan tidak berjalannya proses low enforcement yang optimal dalam memberikan rasa adil, kemanfaatan, dan kepastian hukum di tengah masyarakat.

Baca JugaPelajar RI di Sarawak Malaysia Diimbau agar Selalu Ingat dengan Pancasila

Di sisi lain, pengaruh globalisasi yang luas menyebabkan relasi antarbangsa berlangsung dalam persaingan yang ketat dan tajam.
Derasnya arus infiltrasi budaya dan paham-paham global seperti liberalisme, sekularisme dan ateisme melalui aneka platform teknologi, kata Alfisahrin, akan menjadi anacaman serius.

Dari berbagai tantangan tersebut, Alfisahrin menegaskan, Empat Pilar Kebangsaan hadir sebagai moral force.

Dalam hal ini, Pancasila hadir sebagai filosofi yang menjadi basis fundamental.

Baca JugaKonsul Jenderal RI Kuching Pasang Bendera Peringati Hari Kesaktian Pancasila

Sebab, Pancasila bersumber dari pemikiran yang mendalam dan kontemplatif dari para pendiri bangsa yang disesuaikan dengan jati diri, kearifan dan konteks sosio-historis bangsa Indonesia.

“Pancasila sebagai kekuatan pemersatu bangsa. Unity of force. Pandangan hidup. Way of life, dan pedoman kehidupan berbangsa,” tegas Alfisahrin.

Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara dapat dimaknai sebagai sistem kehidupan nasional yang meliputi aspek etika, moral, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

“Semuanya dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa,” pungkas Alfisahrin.***

  • Bagikan