Praktik Diferensiasi pada Mata Pelajaran Sejarah Melalui TTS di SMAN 1 Pontianak

  • Bagikan
SMAN 1
Rio bersama siswanya di SMAN 1 Pontianak saat menerapkan pembelajaran dengan metode teka teki silang (TTS) sebagai media belajar agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. FOTO : Chica

HARIAN BERKAT – Paradigma tentang belajar sejarah adalah proses yang membosankan karena mempelajari tentang masa lalu menjadi momok yang melekat terutama bagi para guru sejarah dalam menarik minat siswa.

Tantangan ini sejatinya dirasakan banyak guru sejarah dimanapun berada.
Oleh karenanya, merubah cara mengajar dengan memanfaatkan media dan metode yang unik juga menyenangkan harus senantiasa dilakukan.

Baca Juga : Edukasi Siswa dari Bahaya Perundungan di Sekolah, SADAP Indonesia dan SMAN 1 Pontianak Adakan Seminar dan Workshop

Pendekatan guru dalam menarik minat belajar harus senantiasa diimbangi dengan cara serta media serta metode yang mengikuti perkembangan zaman serta cara yang menyenangkan.

Hal ini pula yang diterapkan oleh Rio Pratama, guru sejarah di SMAN 1 Pontianak dengan menerapkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.

Dalam rangka merubah paradigma membosankannya belajar sejarah. Ia memanfaatkan teka teki silang (TTS) sebagai media belajar yang diterapkan didalam kelas. Adapun TTS tersebut merupakan produk yang ia buat bersama dengan siswa-siswi yang diajarnya.

“Membahas tentang perlawanan rakyat terhadap kolonialisme Eropa. Kami memanfaatkan TTS sebagai medianya. Dalam prosesnya, bersama-sama kami memahami konsep dan latar belakang kolonialisme serta imperialisme, dilanjutkan membahas tentang bentuk perlawanan, bersama menyusun rubrik pertanyaan dan menyusunnya menggunakan aplikasi yang dapat diakses secara secara daring,” jelasnya belum lama ini.

Ia menuturkan, melalui proses menyusun dan memanfaatkan TTS yang dibuat sendiri sebagai media belajar membuat siswanya lebih antusias dan bersemangat dalam belajar sejarah.

“Memahami konsep dan kemudian secara bersama menyusun media belajar membuat siswa lebih bersemangat juga antusias belajar sejarah. Terlebih, produk media tersebut dibuatnya sendiri,” ungkapnya.

  • Bagikan